10.10.2013

Laporan Hasil Percobaan Pada Kacang Hijau

PENGARUH PH TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG HIJAU


 Oleh:

Kelompok 5
XII IPA 2

                     Annisaul Mukramina
                     Arisyah Ulfah
A.Fina Anggraeni
Kardiansya
Mustamin
Astika Basri

SMAN 4 BANTIMURUNG-MAROS
TAHUN PELAJARAN
2013/2014



Nama Percobaan             :  Pengaruh pH terhadap pertumbuhan kacang hijau.

Kajian Teori                      :

Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion‑ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Pada tanah‑tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-.Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH 7.
Bila tanah terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman akan tumbuh kurang sempurna sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah. Memang ada beberapa tanaman tertentu yang senang di tanah asam ataupun basa.Ketersediaan unsur hara makro di dalam tanah ini sedikit sedangkan hara mikro seperti Besi dan Aluminium tinggi.Hal ini mengakibatkan tanaman kekurangan hara dan keracunan.
Ø  Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan adalah proses pertambahan biomassa atau ukuran (berat, volume, dan jumlah) yang sifatnya irreversibel (tidak dapat kembali ke keadaan semula) dan kuantitatif ( dapat diukur ).
Perkembangan merupakan proses perubahan/proses menuju kedewasaan. Dalam proses tersebut, terjadi diferensiasi sel (perubahan struktur dan fungsi sel), sifatnya irreversible (tidak dapat kembali ke keadaan semula) dan kualitatif ( tidak dpat diukur).
Perkecambahan adalah salah satu tahap yang termasuk ke dalam rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan berupa tumbuhnya embrio yang terdapat pada biji. Embrio tersebut akan tumbuh menjadi plantula (tumbuhan kecil) yang akan tumbuh semakin besar menjadi tumbuhan dewasa. Perkecambahan suatu biji dipengaruhi oleh faktor internal (genetik dan fisiologi) dan faktor eksternal ( Kelembaban, pH, air, oksigen, suhu, cahaya dan nutrisi).
Ø  Jenis perkecambahan:
Perkecambahan tipe epigeal, ialah Perkecambahan yang ditandai dengan posisi kotiledon berada di atas permukaan tanah. Biasanya terjadi pada tanaman dikotil. Karena itu lah kacang tanah termasuk jenis perkecambahan epigeal.
 Perkecambahan tipe hipogeal, ialah Perkecambahan yang ditandai dengan posisi kotiledon (biji) tetap berada di dalam tanah. Biasanya terjadi pada tanaman monokotil.


Ø  Tahap-tahap perkecambahan
§ Proses perkecambahan diawali dengan bakal biji yang membentuk zigot dan endosperma (cadangan makanan).
§ Zigot akan berkembang menjadi sel basal dan sel terminal.
§ Sel basal akan berkembang menjadi suspensor ( menyalurkan nutrisi dari endosperm ke proembrio) dan sel terminal akan berkembang menjadi proembrio.
§ Setelah mendapatkan nutrisi yang cukup, proembrio akan berkembang menjadi embrio.
§ Bakal biji juga akan berkembang menjadi biji yang di dalamnya terdapat embrio, kotiledon (keping biji), hormon dan enzim pertumbuhan.
§ Jika biji ditanam dalam suatu media (misalnya tanah) dan diberi air, akan terjadi proses imbibisi (masuknya molekul – molekul air ke dalam biji melalui testa/kulit biji).
§ Proses imbibisi akan mengubah kondisi di dalam sel dan mengaktifkan enzim – enzim pertumbuhan. Enzim – enzim tersebut akan mengatalisis reaksi biokimiawi.
§ Proses imbibisi juga mengaktifkan hormon giberelin yang mensekresikan hormon alfa amilase ( memecah enzim amilase menjadi glucosa ) dan protease ( memecah protein menjadi asam-asam amino ) disebut proses metabolisme yang akan menghasilkan ATP.
§ ATP yang dihasilkan digunakan untuk proses diferensiasi sel, organogenesis, dan plantula (tumbuhan kecil yang tumbuh dari biji).
§ Plantula akan mengalami diferensiasi menjadi radikula (calon akar), kotiledon (calon daun), dan kalikulus (calon batang).
§ Plantula akan berkecambah berkembang menjadi individu baru berupa tumbuhan muda. Mulai membentuk organ-organ ( penyempurnaan organ ).
§ Seiring dengan berjalannya waktu, terjadilah pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder dan tumbuhan akan semakin tumbuh dan berkembang agar menjadi tumbuhan lengkap.





Ø  Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan :
1. Faktor dalam (internal) :
  Hormon tumbuhan :
Hormon auksin bekerja merangsang pembelahan dan pemanjangan sel – sel, meningkatkan perkembangan bunga dan buah dan merangsang terjadinya fototropisme.
Hormon giberilin bekerja merangsang pertumbuhan batang dan daun dan berperan penting dalam proses perkecambahan (merangsang embrio, membentuk suspensor).
Hormon sitokinin bekerja mengatur pembentukan bunga dan buah, merangsang pertumbuhan jaringan meristem lateral dan mematahkan dormasi biji untuk perkembangan embrio.
Asam absisat bekerja berlawanan dengan hormon auksin, giberilin, dan sitokinin. Asam absisat mendorong dormasi biji agar tidak berkecambah dan menghambat pembelahan dan perkembangan sel di titik tumbuh.
Gas etilen berbentuk gas, bekerja membentuk batang menjadi kokoh dan tebal, mempercepat pematangan buah, dan merangsang penuaan daun dan pembusukan buah.
Asam traumalin bekerja merangsang pembelahan sel di daerah yang luka agar sel – sel di bagian luka membelah dan luka cepat tertutup.
Hormon kalin bekerja merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ tumbuhan. Terdapat empat jenis hormon kalin, yaitu kaukalin (pertumbuhan batang), alokalin (pertumbuhan daun), rhizokalin (pertumbuhan akar), dan artokalin (pertumbuhan bunga).
  Kematangan embrio :
Embrio harus mengalami pematangan oleh hormon – hormon agar mengalami proses diferensiasi sel, histogenesis, dan organogenesis sehingga terbentuk kecambah dan berkembang menjadi individu baru.
  Faktor genetis :
Gen yang diturunkan dari tanaman induk ke embrio bisa saja gen dominan, sehingga tumbuhan dapat bersaing mendapatkan nutrisi dengan tumbuhan lain. Atau gen resesif yang tumbuh tidak optimal dan tidak mampu bersaing dengan tumbuhan lain.


2. Faktor luar (eksternal) :
Kelembaban udara : Jika kelembaban udara rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat – zat mineral juga meningkat. Hal ini akan membuat pertumbuhan tanaman meningkat. Begitu juga sebaliknya.
Intensitas cahaya : Fotosintesis hanya bisa terjadi jika ada cahaya. Jika tidak ada cahaya, fotosintesis tidak akan terjadi sehingga tidak tersedia sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap kerja hormon auksin.
Suhu : Hormon hanya dapat bekerja optimal jika suhu lingkungan juga optimal. Jika suhu melebihi optimal, aktivitas hormon akan berkurang. Demikian juga jika suhu terlalu rendah, reaksi kimia di dalam sel akan terganggu sehingga pertumbuhan juga terganggu.
Nutrisi : Nutrisi diperlukan sebagai sumber energi dan sebagai penyusun komponen – komponen sel bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Jika tumbuhan kekurangan nutrisi, akan mengalami defisiensi.
Kadar oksigen (areasi) : Oksigen di dalam tanah diperlukan oleh akar untuk melakukan respirasi. Respirasi akar akan bermanfaat dalam perkembangan sel – sel akar dan juga berguna untuk membantu penyerapan nutrisi dari dalam tanah.
Kadar air : Air yang cukup diperlukan untuk meningkatkan kadar oksigen dari dalam tanah. Air juga berperan dalam peristiwa imbibisi yang menyebabkan perubahan kondisi di dalam sel sehingga hormon – hormon pertumbuhan diaktifkan.
pH tanah   : derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritmaaktivitasion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.Skala pH bukanlah skala absolut.Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Ø  Pentingnya  pH Tanah
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman.Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai.
Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu kedelai tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran, bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup.
Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.
Herbisida, pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni tanaman itu sendiri. Mengetahui pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida, herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air tanah serta air-air pada aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan polusi pada sungai, danau, dan air tanah.

 

Tujuan Percobaan                  :

1.      Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan kacang hijau.

2.      Untuk mengetahui jangka waktu tumbuh kecambah kacang hijau.

Alat dan Bahan               :

1. Alat    :

3 gelas Plastik ( wadah untuk meletakkan kapas dan kacang hijau )

Sendok ( untuk menyiram kacang hijau )

Kertas Lakmus ( mengukur pH )

Tanah ( media tanam )

Mistar (mengukur batang kacang hijau)

2. Bahan :

Kacang hijau ( di tanam di tanah )

Air sumur ( larutan netral )

Air jeruk ( larutan asam )

Air Sabun ( larutan basa )

Cara Kerja                         :

a)    Mengukur dan mencatat pH dengan kertas lakmus.
b)    Mengambil biji kacang hijau yang sudah dibersihkan, kemudian dimasukkan kedalam 3 buah gelas plastic yang telah diberi label A (yang diberi air jeruk), label B (yang diberi air sumur), label C (yang diberi air sabun) masing-masing gelas dibagian dasarnya telah dilapisi tanah.
c)    Menyimpan 3 buah gelas plastic tersebut di green house.
d)    Mengamati proses perkecambahan selama 6 hari.
e)    Mencatat setiap perubahan yang dialami setiap hari.
f)    Setelah 6 hari, membuat table pengamatan.

Hipotesis                        :

pH  dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan batang pada kacang hijau.

Hasil Pengamatan                      :
Dalam penilitian ini tiap tanaman diberi pH yang berbeda dan diukur, dimana Pot A diberi air jeruk yang bersifat asam, Pot B diberi air sumur yang bersifat netral dan yang bersifat basa yaitu air  sabun. Dalam penelitian kami menulis data berdasarkan biji yang tumbuh paling tinggi dari ketiga pot tersebut.Dari hasil tersebut dapat diliat data sebagai berikut.
POT
Hari Ke
Ket
1
2
3
4
5
6
Rata-Rata
A (Asam)
Belum tumbuh
Belum tumbuh
Belum tumbuh
0,5
0,7
0,8
0,67
Mengalami bau yang busuk
B  (Netral)
Belum tumbuh
Belum tumbuh
Belum tumbuh
2,4
7,2
10,1
6,57
Mengalami pertumbuhan yang stabil
C (Basa)
Belum tumbuh
Belum tumbuh
Belum tumbuh
0,2
0,3
1,5
0,67
Mengalami pengkerutan pada daun

Pembahasan                      :
Berdasarkan percobaaan yang telah dilakukan, membuktikan bahwa pH mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau. Tanaman yang disiram dengan air jeruk(bersifat asam) akan mengalami bau yang busuk dan tumbuh tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena rusaknya sel-sel akar, terutama sel-sel akar tumbuhan muda. Tanaman yang disiram dengan air sabun(bersifat basa) akan mengalami pengkerutan pada daun, tumbuh tidak sempurna dan lebih bagus pertumbuhannya dari pada air jeruk. Hal ini disebabkan karena tanah yang tingkat kebasaannya tinggi pasti mengalami kalsium yang sangat tinggi. Tanaman yang disiram dengan air sumur(bersifat netral) akan mengalami pertumbuhan yang stabil. Hal ini disebabkan karena pH yang diberikan tidak kurang dan tidak lebih atau netral, sehingga tidak mengganggu proses perkecambahan dan kecambah akan tumbuh sempurna.

Analisis Data                 :
Tanaman kacang hijau belum tumbuh pada hari pertama hingga hari ketiga, tanaman kacang hijau mulai tumbuh pada hari keempat dengan ketinggian yang berbeda-beda, tanaman kacang hiaju pada pot B lebih tinggi dari pada pot A dan pot C, yaitu pot A 0,5 cm, pot B 2,4 cm, dan pot C 0,2 cm.
Pada hari kelima, tanaman yang diberi air jeruk mencapai ketinggian 0,7cm, pada air sumur 7,2cm, dan pada air sabun 0,3 cm.
Pada hari keenam, tanaman yang diberi air jeruk mencapai ketinggian 0,8cm, pada air sumur 10,1 cm, dan pada air sabun 1,5cm.
Keadaan tanaman yang diberi air jeruk busuk dan tidak memiliki daun, pada air sumur keadaan stabil, pada air sabun daun mengkerut.

Kesimpulan dan Saran          :
Ø  Kesimpulan :

1.      Semakin rendah  pH Air yang disiramkan, tanaman akan cepat mati, karena rusaknya      sel-sel akar. Terutama sel-sel akar tumbuhan muda.
2.      Semakin tinggi pH Air yang disiramkan , tanaman akan tumbuh subur, karena tanah yang tingkat kebasaannya tinggi pasti mengandung kalsium yang sangat tinggi.
3.   pH air yang diberikan kurang  atau lebih akan mengganggu proses perkecambahan. Kecambah akan tumbuh tidak sempurna.

Ø  Saran :

1.     Pada saat melakuakan pencampuran media tanam tanah dengan media-media tanam organik,sebaiknya takarannya harus sama.
2.      Pada saat melakukan penyiraman, seharusnya takaran yang di teriama oleh masing-masing tanam didalam satu gelas (pot) harus sama.
3.      Pada saat melakukan pengukuran dan penyiraman terhadap tanaman, sebaiknya waktu pengkuran dan penyiraman harus sama.

Lampiran               :

Gambar


Pada hari pertama hingga hari ketiga kecambah belum tumbuh .


Pada hari keempat mulai tumbuh.


Pada hari kelima

Pada hari keenam



1 komentar: